Materi Sejarah Kelas XII IPS
MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA
Oleh : Suratno, S Pd
A.Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaaan.
Pemboman Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu telah memaksa jepang menyerah dan harus menerima kekalahan pada Perang Dunia II. Kondisi itu menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan (Vacum of Power) di daerah-daerah yang diduduki tentara pendudukan jepang, termasuk Indonesia.
Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu,dengan demikian seluruh garis pertahanan jepang mulai tampak. Oleh karena itu jepang menerapkan beberapa kebijakan yang lebih lunak di daerah-daerah yang didudukinya.
Berikut ini beberapa peristiwa yang berhubungan dengan usaha persiapan kemerdekaan indonesia:
1.Pembentukan Chuo Sangi In
Tanggal 5 September 1943, Shaiko Shikikan Kumakici Harada mengelurkan Osamu Seirei No.36 dan 37. Berisi tentang Pembentukan Chuo Sangi In Kai. Tujuannya menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Tugas dari Chuo Sangi In adalah memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan Shaiko Shikikan dalam hal politik dan pemerintahan. Berikut ini hal- hal yang dibahas atau dirundingkan dalam Chuo Sangi In:
a. Pengembangan Pemerintahan Militer b. Mempertinggi Derajat Rakyat c. Pendidikan dan Penerangan d. Industry dan Ekonomi e. Kemakmuran dan Bantuan Sosial f. Kesehatan
Tanggal 15 November 1943, yang diwakili oleh Ir.Soekarno,Drs.Moh.Hatta, dan Bagus Hadi Kusumo di undang ke jepang. Delegasi Chuo Sangi In minta agar Indonesia diizinkan mengibar bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Namun ditolak oleh Perdana Mentri Tojo.
Tanggal 7 September 1944 Koiso mengutarakan “Janji kemerdekaan Indonesia kelak di kemudian hari” yang disebut janji koiso.
2.Pembentukan BPUPKI
Tanggal 1 Maret 1945 Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan BPUPKI atau (Dokuritsu Junbi Coosakai). Tujuannya,untuk menyelidiki hal- hal penting menyangkut pembentukan Negara Indonesia merdeka.
Tanggal 29 April 1945 Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat diangkat sebagai ketua. sedangkan yang duduk sebagai ketua muda dijabat oleh seorang jepang bernama Icibangase, R.P. Suroso diangkat sebagai secretariat dengan dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo.
Tanggal 28 Mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan) bertempat di Gedung Chuo Sangi In, Jalan Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri). Upacara peresmian itu dihadiri oleh dua pejabat jepang, yaitu jenderal Itagaki dan Letnan Jenderal Nagano.
Pada kesempatan itu dikibarkan bendera jepang, Hinomaru oleh Mr.A.G. Pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera Merah-Putih oleh Toyohiko Masuda.
a. Perumusan Dasar Negara Indonesia
➢ Sidang BPUPKI I
Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 yang diketuai oleh Dr.K.R.T.Radjiman Widyodiningrat. Tujuan,merumuskan tentang rumusan dasar negara.
(1) Rumusan Mr.Muh Yamin
Tanggal 29 Mei 1945 Mr.Muh.Yamin mengemukakan “Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Sebagai berikut:
a. Peri Kebangsaan b. Peri Kemanusiaan c. Peri Ke-Tuhanan d. Peri Kerakyatan e. Kesejahteraan Rakyat
(2) Rumusan Prof.Dr.Mr.Soepomo
Tanggal 31 Mei 1945 Dr.Mr.Soepomo mengajukan dasar negara merdeka sebagai berikut:
a. Persatuan b. Kekeluargaan c. Keseimbangan d. Musyawarah e. Keadilan social
(3) Rumusan Ir.Soekarno
Tanggal 1 Juni 1945 berlangsunglah rapat terakhir dalam persidangan pertama itu. Pada kesempatan itulah Ir.Soekarno mengemukakan pidato yang dikenal dengan “lahirnya pancasila”. Keistimewaan pidato Ir.Soekarno juga berisi usulan mengenai nama bagi dasar Negara yaitu pancasila,trisila,ekasila.
Lima dasar Negara yang diusulkan oleh Ir.Soekarno adalah sebagai berikut:
a. Kebangsaan Indonesia b. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan c. Mufakat atau demokrasi d. Kesejahteraan social e. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
➢ Sidang BPUPKI II
Tanggal 10-14 Juli 1945 dimulai siding BPUPKI II diketuai oleh Ir.Soekarno. Tujuan membahas tentang rancangan UUD serta pembukaan UUD. Dalam rangka menerima laporan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Ir.Soekarno selaku ketua panitia melaporkan tiga hasil, yaitu:
1) Pernyataan Indonesia Merdeka 2) Pembukaan Undang-Undang dasar, dan 3) Undang-Undang Dasar (Batang Tubuh)
b. Piagam Jakarta
Tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang. Oleh karena itu, panitia ini disebut sebagai Panitia Sembilan. Anggotanya berjumlah 9 orang, yaitu sebagai berikut:
1) Ir. Soekarno 2) Drs. Moh. Hatta 3) Mr. Muh. Yamin 4) Mr. Ahmad Soebardjo 5) Mr. A.A. Maramis 6) Abdulkadir Muzakir 7) K.H. Wachid Hasjim 8) H. Agus Salim 9) Abikusno Tjokrosujoso
Musyawarah itu menghasilkan rumusan yang disebut Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
c. Rancangan Undang-Undang Dasar
Tanggal 10 Juli 1945 dibahas Rencana Undang-Undang Dasar, termasuk soal pembukaan atau preambule-nya oleh sebuah Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.Soekarno dan beranggotakan 21 orang.
Tanggal 11 juli 1945 Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan suara bulat menyetujui isi preambule (pembukaan) yang diambil dari Piagam Jakarta.
3.Pembentukan PPKI
Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pemerintah pendudukan jepang membentuk PPKI (Dokuritzu Junbi Inkai).
1) Ir.Soekarno : Ketua 2) Drs.Moh.Hatta : Wakil Ketua 3) Mr.Ahmad Soebardjo : Penasehatnya
Jenderal Terauci memanggil tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat.
Tanggal 9 Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas Besar Terauci di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan di Dalat tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Terauci menyampaikan ketiga tokoh itu telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Ketiga tokoh itu pulang menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945. Keesokan harinya, tanggal 15 Agustus 1945 Soekarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir.soekarno berkata: “Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung kepada saya dan kemauan rakyat memperbarui tekadnya meneruskan perang suci Dai Tao ini”.
4.Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tentang waktu pelaksanaan proklamasi.
Berita kekalahan jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar negeri. Orang pertama yang mengetahui berita kekalahan itu adalah Sutan Syahrir yang kemudian pada malam harinya menyampaikan berita itu kepada Moh.Hatta.
Sehubungan dengan hal tersebut, golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan. Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30
kepada Ir.Soekarno di rumahnya, Jl.Pegangsaan Timur No.56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir.Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari jepang. Ir. Soekarno mengutarakan janjinya yang berisi “Ini leher saya sebagai jaminanya Indonesia merdeka”.
Tanggal 16 Agustus 1945 golongan muda kembali mengadakan rapat di asrama Baperpi, Jalan Cikini71, Jakarta. Rapat ini membuat keputusan “menyingkirkan Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh jepang”. Rencana ini berjalan lancar, akhirnya tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 sekelompok pemuda membawa Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta menuju Rengasdengklok, sebuah kota di pantai utara kabupaten Karawang.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada tanggal 16 Agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di Gedung Pejambon 2. Selanjutnya, terjadi perbincangan antara Mr.Ahmad Soebardjo dengan Wikana. Perbincangan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Selanjutnya, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa Proklamasikan Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan itu, maka Komandan Kompi Peta Rengasdengklok Cudanco Subeno bersedia melepaskan Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta kembali ke Jakarta.
5.Perumusan Teks Proklamasi
Rombongan tiba kembali di jakarta pada pukul 23.30. Rombongan kemudian menuju rumah Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta. Laksamana Tadashi Maeda menyampaikan kepada Ahmad Soebardjo bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama ada di rumahnya.
Pada pukul 04.30 konsep naskah proklamasi selesai disusun. Kemudian mereka menuju serambi menemui para hadirin, Ir.Soekarno mulai membacakan naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Selanjutnya, Sukarni salah satu tokoh golongan muda mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kalimat pertama dari naskah proklamasi merupakan saran dari Mr.Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs.Moh.Hatta.
Setelah usulan Sukarni itu disetujui, maka Ir.soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan Soekarno dengan disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati. Sayuti Melik menggunakan mesin ketik Continental untuk mengetik teks proklamasi.
Ada tiga perubahan terdapat pada naskah ketikan Sayuti Melik:
a. kata “tempoh” diganti menjadi “tempo”.
b. kata “Wakil-wakil bangsa” diganti “Atas nama bangsa
Indonesia”.
c. kata “Djakarta,17-8-05” menjadi “Djakarta hari
17 boelan 8 tahoen 05”.
-Naskah Otentik: Tempoh, Wakil- wakil bangsa Indonesia, Djakarta, 17-8-05, Ditulis oleh Ir. Soekarno.
-Naskah Resmi: Tempo, Atas nama bangsa Indonesia, Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05, Diketik oleh Sayuti Melik.
Selanjutnya timbul persoalan mengenai tempat proklamasi. Sukarni mengusulkan bahwa Lapangan Ikada telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah proklanasi. Namun, Ir.Soekarno menganggap Lapangan Ikada salah satu lapangan umum yang dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer jepang. Oleh karena itu, Bung Karno mengusulkan agar upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No.56.
6.Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Pada pukul 05.00 tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua sampai golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka telah sepakat memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30 atau pukul 10.00 WIB. Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Pagi hari itu, rumah Ir.Soekarno dipadati oleh sejumlah massa yang berbaris tertib. Menjelang pukul 10.30 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur. Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a) Pertama, Pembacaan Proklamasi; b) Kedua, Pengibaran Bendera Merah-Putih; c) Ketiga, Sambutan Walikota Soewirjo dan Dr.Muwardi;
Lima menit sebelum acara dimulai Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan mereka pun berdiri tegak dengan sikap sempurna. Dengan suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato pendahuluan singkat. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah- Putih (yang dijahit oleh fatmawati), yang dikibarkan oleh S.Suhud dan Cudanco Latief Hendraningrat, bendera dinaikkan diiringi lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari walikota Soewirjo dan Dr.Muwardi.
7.Penyebaran Berita Proklamasi
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta di sebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei, Waidan B. Palenewen. Segera ia memerintahkan F.Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut, lalu masuklah orang jepang ke ruangan radio. Dengan marah-marah orang jepang itu memerintahkan agar penyiaran berita dihentikan. Pada hari senin tanggal 20 Agustus 1945 pemancar itu disegel dan pegawainya dilarang masuk.
Walaupun demikian para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, seperti Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Alat-alat pemancar radio mereka ambil bagian demi bagian dari Kantor Berita Domei, kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31 sehingga terciptalah pemancar baru di Jalan Menteng 31.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
8.Reaksi Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah terjadinya perebutan kekuasaan, baik dengan cara kekerasan maupun dengan cara perundingan.
Tanggal 19 Septenber 1945, terjadi Insiden Bendera di Hotel Yamato. Insiden ini terjadi ketika orang-orang Belanda menduduki Hotel Yamato dibantu pasukan sekutu, mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel. Kemudian, hotel itu diserbu oleh para pemuda
dan beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda. Selanjutnya mereka merobek warna birunya dan mengibarkannya kembali menjadi Merah- Putih.
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai jepang melakukan pemogokan. Mereka mendesak Jepang agar menyerahkan semua kantor pemerintahan kepada RI. Pada malam hari tanggal 7 oktober 1945, para pemuda BKR bersama dengan pemuda Polisi Istimewa bergabung menuju ke Kota Baru. Mereka menyerbu tangsi Otsuka Butai. Pada hari itu juga Otsuka Butai menyerah. Dalam penyerbuan itu sebanyak 18 orang pemuda polisi gugur.
Di Bandung, pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan bekas senjata ACW (Artillerie Contructie Winkel). Perjuangan it terus berlangsung sampai dengan kedatangan pasukan Sekutu di kota Bandung pada tanggal 17 Oktober 1945.
Di Semarang terjadi pertempuran dahsyat antara para pemuda Indonesia melawan Jepang. Pada tanggal 14 Oktober 1945 sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring diangkut oleh pemuda Indonesia untuk dibawa ke Penjara Bulu di Semarang. Pada keesokan harinya pasukan Jepang menyerbu kota Semarang dari tangsinya di Jatingaleh. Sejak itulah berlangsung “Pertempuran Lima Hari” di Semarang.
Di Sulawesi Selatan tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr.Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setibanya di Ujung Pandang, gubernur mulai menyusun pemerintahan dengan mengangkat Mr. Andi Zainal Abidin sebagai sekretaris daerah. Pada tanggal 28 Oktober 1945 para pemuda bergerak menuju sasaran seperti stasiun radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri atas kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Tai-Shin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP.
Di Sulawesi Utara, hampir setengah tahun dikuasai NICA, usaha para pemuda untuk menegakkan kedaulatan RI tidaklah padam. Pada tanggal 14 Februari 1946, pemuda-pemuda Indonesia anggota KNIL yang bergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) bergerak menuju Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Pemerintahan sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946, B.W. Lapian diangkat sebagai residennya.
Di Kalimantan, di beberapa kota sudah mulai timbul gerakan mendukung Proklamasi Kemerdekaan RI. Pada waktu itu tentara Australia sudah mendarat dan mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi, menyelenggarakan rapat- rapat, dan mengibarkan bendera Merah-Putih. Di Balikpapan, tanggal 14 November 1945, sejumlah 8000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah- Putih.
Di Pulau Sumbawa, pemuda-pemuda Indonesia pada bulan Desember 1945 berusaha merebut senjata dari Jepang. di Gempe dan Sape sekitar 200-400 pemuda melawan Jepang dan berusaha merebut senjata di markas Jepang. Hal yang sama juga terjadi di Riba.
Di Bali para pemuda pada akhir bulan Agustus telah membentuk beberapa organisasi pemuda seperti AMI dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari Jepang. Akan tetapi, hal itu mengalami kegagalan.
Di Banda Aceh tanggal 6 Oktober para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Pada tanggal 12 Oktober 1945 Shucokan Jepang memanggil para pemimpin pemuda. Ia menyatakan bahwa walaupun Jepang telah kalah, tetapi keamanan masih menjadi tanggung jawab mereka. Akhirnya sejak hari itu dimulailah perebutan dan pengambilalihan kantor-kantor pemerintah dengan pengibaran bendera Merah- Putih.
Di Sumatra Selatan perebutan kekuasaan terjadi pada tanggal 8 Oktober 1945. Peristiwa itu terjadi ketika Residen Sumatra Selatan dr.A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu melakukan upacara pengibaran bendera Merah-Putih. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan, yaitu Republik Indonesia.
B.Pembentukan Pemerintahan Indonesia.
1.Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden
Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang pertama, dihasilkan keputusan sebagai berikut:
a. Mengesahkan UUD. b. Memilih Ir.Soekarno sebagai presiden dan Moh.Hatta sebagai wakilnya. c. Tugas presiden sementara dibantu Komite Nasional.
Tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang kedua untuk membahas Komite Nasional Indonesia Pusat berfungsi sebagai perwakilan rakyat sebelum DPR.
2.Pembentukan Pemerintahan Daerah
Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945, berhasil memutuskan pembentukan sebuah komite nasional untuk membantu presiden selama majelis permusyawaratan rakyat belum dibentuk. Panitia kecil ini diketuai oleh Otto Iskandardinata. Dan rapat pleno memutuskan
untuk membagi wilayah Republik Indonesia menjadi 8 provinsi dan masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur.
3.Pembentukan Kabinet Nasional (Daerah)
Untuk melancarkan roda pemerintahan,sidang itu membentuk kabinet. Kabinet yang pertama kali merupakan kabinet presidensial, yang terdiri atas dua belas menteri-menteri yang masing-masing membawahi departemen.
Menteri-menteri yang masing-masing membawahi departemen yaitu:
a. Menteri Dalam Negeri : R.A.A Wiranata Kusumah b. Menteri Luar Negeri : Mr. Ahmad Soebarjo c. Menteri Keuangan : Mr. A.A Maramis d. Menteri Kehakiman : Prof. Mr. Dr. Soepomo e. Menteri Kemakmuran : Ir. Surahman Cokroadisuryo f. Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi g. Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo h. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara i. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin j. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusuma Sumantri k. Menteri Pekerjaan Umum : Abi Kusno Cokrosuyoso l. Menteri Perhubungan : Abi Kusno Cokrosuyoso
4.Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Tanggal 19 Agustus 1945 di Jalan Gambir Selatan No.10 presiden dan yang lainnya berkumpul membahas tentang pemikiran mengenai orang-orang yang akan diangkat menjadi KNIP. Dalam rapat tanggal 22 agusus 1945 membentuk:
a. KNI (Komite Nasional Indonesia)
Dibentuk pada tanggal 22 Agustus 1945. Orang-orang anggota KNIP resmi dilantik tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar baru Jakarta. b. PNI (Partai Nasional Indonesia)
Tujuannya untuk menjadikan sebagai partai tunggal di Indonesia. Pemimpinnya Soekarno dan wakilnya Moh.Hatta. c. BKR (Badan Keamanan Rakyat)
PPKI memutuskan beberapa hal sehubungan dengan pembentukan tentara,kemudian dibentuk BKR sebagai pengganti BPKP yang dibentuk pada sidang PPKI tanggal 20 Agustus 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar